Study kasus ke 2
Seorang pemuda yg berprestasi lulus kuliah beberapa bulan lalu. Kata keluarga & orang kampung bahwa si pemuda ini " *gila*"....
Maka saya tanya apa penyebabnya?
Ketika ane sampai dirumahnya pasien tdk ada, katanya pergi memancing, maka sambil menunggu pasien sedang dicari saya dialog dg keluarganya.
Keluarga menceritakan bahwa ketika kuliah dia belajar tasawuf , ikut kajian orang yg perempuannya bercadar dll .... jadi tidak kuat pikirannya.
Awal mula terlihat gila pada saat dia mendampingi kakaknya yg opname di RSUD, dia tdk tidur beberapa malam. Saat dia tertidur tiba2 bangun mendadak & berteriak katanya melihat banyak orang yg mengelilingi & menyerang dia (dalam mimpi). Hari2 berikutnya dia menjadi aneh, dia tidur sepanjang siang & tdk tidur sepanjang malam & berlangsung beberapa hari terakhir.
Cerita ttg pasien buru2 diakhiri karena kedatangan pasien & beberapa keluarganya. Ternyata pasien tinggi & besar (kekar) seperti orang banglades. Dalam hatiku "mantab ini kalau dia mengamuk pasti akan seru & merepotkan, wong dia lebih besar & tinggi daripada ane"
Sesi mengobrol dg pasien dimulai, saya kode keluarga untuk mengobrol, sedang saya baca ruqyah dg sirri (tanpa sepengetahuan pasien) sambil menganalisa pasien. Biasanya kalau murni karena gangguan jin maka pasien akan ambruk / jatuh tetapi dia tetap santai ngobrol & merokok.
Dg bahasa yg lembut saya perintahkan agar pasien berwushu dg didampingi seorang ust dikampung agar tdk lari. Selesai wudhu di ganti pakaian & siap diruqyah.
Sambil disaksikan keluarga & banyak orang kampung serta guru2 sekolah, Saya baca ruqyah khusus ayat2 penghancur sihir, dia bereaksi keras bahkan membuat gerakan gerakan *matek aji* seperti di dalam film. Beberapa x tubuhnya bergoncang hebat & memegang tangan saya.
Sampai bacaan ayat2 sihir habis, saya dakwahi para jin yg di dalam tubuh pasien. Tdk ada satu kata pun dr jin melalui lisan pasien.
Ayat2 pemutus dll sudah saya baca tapi reaksiinya kok *flat*, maka untuk meyakinkan lagi saya baca ayat2 *eksekusi* ternyata reaksi tetap flat (tanpa kesakitan / tersiksa).
Maka kemudian saya yakin si pemuda cuma *pura pura gila*, kenudian saya katakan padanya " *sudah hentikan actingnya! Kalau ada masalah bisa dicurhatkan ke keluarga / ke saya*.... ternyata dia menyadari kedoknya maka dia katakan kepada saya " *saya dibilang gila oleh mama & keluarga sendiri, sekalian saja saya ikuti yg mereka katakan* "
Ternyata pasien menikmati pura2 gila karena dia bebas minta apa saja, mengambil barang2 dirumah orang/ kios orang tanpa bayar & tanpa disalahkan .... semua orang maklum & mengatakan
" *Biarkan saja dia itu orang gila*"
Saya bisikkan *rugi kamu acting begini, pikir masa depanmu, perempuan mana yg mau menikah dg orang gila?... sudahlah hentikan! Kamu bisa menipu orang2, tapi tidak saya!*
Eee dia langsung bicara normal kalau ke saya, bahkan setelah ruqyah kami makan bersama dia ngobrol normal layaknya mahasiswa.
Sebelum pulang saya pesankan ke pasien untuk jaga sholat & mikir masa depan (setiap tindakan & resikonya).
Kesimpulan ane bahwa pasien tdk gila diperkuat oleh persaksian salah seorang ust d kampung itu bahwa pasien sampaikan dia terlanjur ackting, untuk mengekspresikan kekesalan kpd mamanya yg selalu saja memarahi dia. padahal dia sedang dalam tekanan berat karena baru dipecat dr perusahaan dia bekerja setelah lulus kuliah. bingung bagaimana berdikap maka dia banyakin tidur & mu cullah ide ackting gila karena tidur sudah bosan.
dia hanya bicara normal dg org yg dia percaya.... wallahu a'lam bis showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar