سْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Merefresh
bagi yang pernah...
Menginfokan
bagi yang belum tahu...
Menguatkan
bagi yang masih ragu...
___________
ALLaah
swt berfirman,
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا
وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ
وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ
ALLaah
memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum
mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kaum yang berfikir. [QS. Az-Zumar (39): 42].
Diantara
doa menjelang tidur,
بِسْمِكَ رَبِّيْ وَضَعْتُ جَنْبِيْ وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ
نَفْسِيْ فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ
الصَّالِحِيْنَ
Bismika
Rabbiy wadho’tu janbiy, wa-bika arfa’uhu in amsakta nafsiy farhamhaa wa-in
arsaltahaa fahfazh-haa bi-maa tahfazhu bihi ‘ibaadaKas shaalihiin
Dengan
nama-Mu ya Rabb, aku membaringkan tubuhku, dan dengan (nama)-Mu aku bangun,
jika Engkau menahan jiwaku (mematikanku) maka curahkanlah kepadanya rahmat, dan
jika Engkau mengirimnya kembali (yaitu memasukkannya ke dalam tubuhku) maka
perilaharalah dia seperti Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih).
(Muttafaq ’alaih)
ALLaah
'Azza wa Jalla telah memberitakan bahwa seorang hamba itu tergadai dengan
perbuatannya, sebagaimana firman ALLaah 'Azza wa Jalla.
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
Tiap-tiap
jiwa tergadai (tertawan) dengan apa yang telah diperbuatnya. (QS. Al-Muddatsir
(74) : 38]
ALLaah
'Azza wa Jalla berfirman.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا
Mereka
itulah orang-orang yang tertahan/terpenjara (di neraka) disebabkan perbuatan
mereka sendiri. (QS. Al-An’am (6) : 70]
Dari
sahabat Samurah bin Jundub radliallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,
كُلُّ غُلاَمٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ
وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى
Setiap
anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih pada hari ketujuh, dicukur gundul
rambutnya, dan diberi nama. (HR. Ahmad 20722, at-Turmudzi 1605, dan dishahihkan
al-Albani).
Pembahasan
para ulama terkait dengan tergadaikan مُرْتَهَن ada beberapa pendapat. Dan saya memilih
pendapat yang seiring dengan isyarat Al-Quran Az-Zumar (39) :42 dan
hadits-hadist tentang bacaan doa.
Ibnul
Qoyim rahimahuLLaah menyebutkan tafsir hadits di atas,
المرتهن هو المحبوس إما بفعل منه أو فعل من غيره … وقد جعل الله سبحانه
النسيكة عن الولد سببا لفك رهانه من الشيطان الذي يعلق به من حين خروجه إلى الدنيا
وطعن في خاصرته فكانت العقيقة فداء وتخليصا له من حبس الشيطان له وسجنه في أسره ومنعه
له من سعيه في مصالح آخرته التي إليها معاده
Tergadai
artinya tertahan, baik karena perbuatannya sendiri atau perbuatan orang lain…
dan ALLaah jadikan aqiqah untuk anak sebagai sebab untuk melepaskan kekangan
dari syaitan, yang dia selalu mengiringi bayi sejak lahir ke dunia, dan menusuk
bagian pinggang dengan jarinya. Sehingga aqiqah menjadi tebusan untuk
membebaskan bayi dari jerat setan, yang menghalanginya untuk melakukan kebaikan
bai akhiratnya yang merupakan tempat kembalinya. (Tuhfah al-Maudud bi ahkaamil
mauluud hlm 74 - Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah)
_____________
Nafs
(jiwa/sukma) itu satu kesatuan yang terdiri dari beberapa bagian yang jumlahnya
banyak, sebanyak fungsi-fungsi yang ada di dalam diri kita. Jika ada yang
terlepas, itu akan melemahkan diri.
Apalagi
jika tempat/ruang sukma itu digantikan oleh jin, maka kendali secara penuh
dilakukan oleh mereka di bagian fungsi itu. Sukma ada yang primer dan sekunder,
berdasarkan fungsinya.
Berikut,
sebab-sebab bisa terlepasnya sukma:
1.
Transaksi perjanjian dengan syaithan (jin kafir) seperti perjanjian nasab atau
kasab.
2.
Diambil paksa oleh kekuatan lain seperti sihir.
3.
Karena adanya tekanan fisik/jiwa yang sangat kuat, seperti teror, siksaan atau
kecelakaan.
4.
Karena ketertarikan, kesukaan (termasuk empati) kepada sesuatu yang diharamkan
atau ketertarikan yang amat sangat (isrof, tabdzir) kepada sesuatu yang asalnya
mubah.
Secara
keberadaannya jin yang masuk, ada dua kemungkinan:
1.
Menempel di sukma tertentu (bagian/fungsi tertentu di tubuh)
2.
Menempati/menguasai ruang sukma yang hilang/terlepas.
Ada sukma
yang terlepas sejak kecil bahkan sejak lahir (baca kembali tentang: Jiwa Yang
Tergadai). Bahkan ada juga yang sejak masih dalam kandungan ibunya.
Biasanya
yang terlepas sejak kecil, itu karena sebab 1 (perjanjian Nasab) dan secara
khusus seperti ditumbalkan dan karena perlakuan ritual (adat) yang tidak sesuai
dengan syariat. Akhirnya semakin memudahkan para jin menempati ruang kosong
yang ditinggalkan sukmanya itu.
Sukma
(bagian nafs) yang lepas, jika tidak kembali sementara jin-jin sudah pergi maka
kemungkinan ada dua keadaan:
1.
Kondisi fisik/mental akan (cepat/berangsur) melemah,
2.
Ruang sukma itu akan dimanfaatkan/diisi oleh jin (kafir/fasiq) lainnya.
nafs / jiwa sebagaimana jasad ada bagian yang vital keberadaanya seperti
jantung dan otak dalam jasad kita jika keduanya rusak maka akan mempengaruhi
anggota tubuh yang lain. Begitu pula nafs/jiwa jika nafs inti yang hilang maka
seseorang bisa tidak sadar sepenuhnya walaupun sehat secara fisik.
Nafs merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari tubuh kita baik yang dibawah alam sadar
(bisa dijangkau panca indra) atau alam bawah sadar.
contoh nafs/jiwa yang hilang bisa
dilihat dari beberapa kasus berikut :
1.
Tidur :
sebagaimana dalam ayat Qur’an orang tidur dalam genggaman Allah jiwa/nafs kesadarannya
2.
Trauma : baik sebab sebuah kejadian benturan fisik
seperti kecekaan, jatuh atau benturan
psikis seperti ketakutan, kesedihan,
ditinggal orang dikasihi dll. Hal ini bisa menjadikan bagian jiwa / nafs
keluar.
3.
Koma’ : orang yang tidak sadarkan diri bisa dipastikan
nafsnya keluar dari raganya lebih lagi nafs yang berkenaan dengan kesadaran.
4.
Orang sakit jiwa : bisa dipastikan nafs/jiwanya juga
lepas entah sebagian atau keseluruhan.
5. Kesurupan :
disebabkan adanya nafs yang keluar dan dimasuki jin untuk masuk dan
mengendalikan tubuh sesuai nafs yang hilang/keluar
Beda kemasukan Jin dan kesurupan Jin
Kemasukan :
semua manusia bisa dimasuki jin/syetan bahkan didalam khadis nabi setan bisa
masuk dan berjalan mengikuti pembuluh darah.
Kesurupan : jika ini syetan tidak hanya masuk
tapi uga mengendalikan fungsi dalam tubuh kita baik sebagian atau keseluruhan.
________