Dalam pandangan Al Qur’an musibah buruk yang
menimpa manusia ada tiga sebab :
1. 1. Tadzkiro/Peringatan
Sayang Allah pada
hambaNya terkadang tidak kita rasakan, dengan banyaknya nikmat, manusia masih
banyak berlaku maksiat, tidak bersyukur bahkan mengkufuri nikmatNya dan berlaku
sombong. Disinilah Allah memberikan teguran pada manusia agar mereka kembali ke
jalan yang benar, bertaubat dari kesalahannya, kembali mendekat pada Allah
sehingga Allah mengampuni dosa-dosanya.
Sebagaimana Firman-Nya
وَمَا أَصَابَكُمْ
مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa
kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). [Qs. Asy-Syura (42): 30]
2. 2. Fitnah/Ujian
Tidak orang yang
mengaku beriman pasti akan diuji oleh Allah, ujian bukan bearti hamba
melaukukan kesalahan, bukan pula bearti Allah marah atau benci sama hamba malah
sebaliknya Allah sayang pada hambaNya dan ingin melihat kadar keimanan
hambaNya. Jika lulus seseorang hamba terhdap ujian itu pasti Allah mengangkat
derajatnya, memberikan rizki dan anugrah lain yang lebih besar.
Surah Al-Ankaboot, 2
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
(Indonesian)
3. 3. Adzab /Siksa
Sedangkan
adzab diberikan kepada orang-orang yang
telah melampai batas kekafirannya, berbuat kerusakan di muka bumi, mendustakan
Allah dan rasulNya. Sudah diberikan peringatan namun diindahkan peringatan itu
malah berbuat kejahatan lebih besar lagi. Sebagaimana Adzab Allah bagi Fir’aun,
kaum nabi Luth, nabi sholeh dll
Untuk memperjelas masalah diatas saya akan
sampaikan dua tulisan untuk memperjelas dua poin pertama :
- Setiap masalah adalah tanda ada suatu yang
salah
- Ibrah cerita nabi Ayub AS.
*Setiap Masalah adalah Tanda Ada Suatu Yang Salah*
Rumusnya secara umum ada di Qs. Ar-Rum (30): 41 dan Asy-Syura (42): 30.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [Qs. Ar-Rum (30):
41]
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). [Qs. Asy-Syura
(42): 30]
Sungguh beruntung bagi yang merasakan masalah lalu melihat kesalahannya
dan terbimbing memperbaiki dirinya.
Karena hakikat terapi adalah bukanlah mendapat kesembuhan-nya tetapi
jalan *perubahan diri dari kesalahan menuju kebenaran* - la'allahum yarji'uun
(agar mereka kembali kepada kebenaran).
__________
Khususnya terhadap anak, maka perbaikannya sangat dipengaruhi oleh
perbaikan diri kita sebagai orang tuanya. Awali terapi untuk mereka dengan
menerapi diri kita.
قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ
الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Ya Robb-ku, tunjukilah aku untuk:
- mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
ibu bapakku dan
- agar aku dapat berbuat amal
yang saleh yang Engkau ridhai;
- berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
keturunanku.
- Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri. [Qs. Al-Ahqof (46):15]
____________
*Waspada pada sebuah Dosa kesalahan*
*Pertanyaan*
Tanya (1):
Berarti setiap masalah itu karena perbuatan yang disebabkn kesalahan
kita sendiri ya ustdz?
Jawab:
✅ Kesalahan tersebut bisa berasal dari diri kita
atau kesalahan dari orang lain yang berdampak kepada kita.
Jika,
*sumbernya dari kita, kita menanggung dosa dan terkena dampak
masalahnya.
*Adapun yang dari orang lain, selain dampak masalahnya kita rasakan maka
kita juga akan ditanya apa yang sudah kita lakukan secara maksimal untuk
mencegah kesalahan itu.
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ
ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat
keras siksaan-Nya. [Qs. Al-'Anfaal (8): 25]
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْـخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ ؛ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ
: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنَ لَـمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْـمَـانِ».
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Aku pernah
mendengar RasuluLLaah ﷺ bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian
melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya
(kekuasaannya); jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan
jika ia tidak mampu juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak
setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.
(HR. Muslim no. 49)
_____________
Tanya (2):
Mengapa kita harus terkena imbas kesalahan orang ustadz? apa karena kita
tidak berusaha mencegah kesalahan orang lain? Bagaimana dengan kasus jin Nasab?
si anak kan tidak berdaya?
Jawab:
Itulah dahsyatnya kesalahan.
Sehingga perlu,
- dicegah agar tidak terjadi,
- perlu di-stop dan diputus aksesnya agar tidak berketerusan dan
- perlu dikaffarahi jika pernah (terlanjur) dikerjakan.
Dampak kesalahan memang seperti itu agar kita penuh rasa takut dengan
terus meningkatkan kepekaan kita atas segala perintah dan larangan ALLaah.
Itulah At-Taqwa haqqo tuqootih (bertakwa dengan sebenar-benar takwa).
RasuuluLLaah ﷺ menjelaskan bahwa seorang anak yang
terlahir bersih sesuai fitrah yang tidak tahu apa-apa apalagi belum pernah melakukan
apapun, itu saja bisa terkena polutan yang merusak fitrah-nya, dan sumber
polutan itu bukan dari dirinya sendiri.
ِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا
جَدْعَاءَ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi
Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan
binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?"
---maksudnya jika ada cacat telinganya terpotong, pastilah itu pemiliknya yang
melakukan. (HR. Bukhari: 1296)
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ
ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat
keras siksaan-Nya. [QS. Al-'Anfaal (8): 25]
Kesalahan nasab orang terdahulu (yang beriman), kitalah yang paling
merasa perlu memohonkan ampunan ALLaah swt untuk mereka. Memutus semua
ikatan-ikatan perjanjian mereka.
Kesalahan kasab orang lain menjadi kepentingan kita juga untuk
mencegahnya agar tidak terjadi atau tidak berketerusan terjadi.
Dan sebaliknya, jika "kasab-kasab" kita tidak dibersihkan maka
juga berpotensi menjadi polutan nasab bagi keturuan kita, dan juga kita bisa
menjadi "penyebab" meluasnya bencana di sekeliling kita.
Padahal, kita tahu hidup ini adalah ujian dan perjuangan, pertarungan.
Kita ingin menang.
Dan inilah doa kita, ayat penutup, sebagai akhir kalimat surat agung
yang amat panjang. Kita ingin menang.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا
وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Ya Robb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
bersalah. Ya Robb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong
kami, maka menangkanlah kami terhadap kaum yang kafir".
_____________
Diambail dari makalah Ustd. H. Riyadh Rosyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar